Program Studi Magister Bioetika Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada menggelar acara Kuliah Umum bertajuk: Digital Technology in Healthcare Deliveries pada Senin (03/10). Acara yang digelar secara luring dan daring tersebut menghadirkan pembicara Prof Dick Willems MD, PhD yang merupakan pengajar di Departemen Ethics, Law and Humanities, Amsterdam University Medical Center. Sementara itu berperan sebagai moderator adalah Dr. Annisa Ullya Rasyida, dr., M.Si yang merupakan mahasiswa Prodi Magister Bioetika.
Archive
Selamat dan sukses kepada Wisudawan dan Wisudawati Program Studi Magister Bioetika Tahun Akademik 2021-2022 (20 Juli 2022).
- Sigid Kirana Lintang Bhima
- Fajar Nurcahyo
Semoga dapat selalu menerapkan keilmuan bioetika yang dipelajari untuk senantiasa membawa perubahan serta menginspirasi masyarakat ke arah yang lebih baik.
Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada memberikan kesempatan beasiswa bagi mahasiswa baru Program Studi Magister Bioetika untuk mendapatkan beasiswa parsial selama menjalani perkuliahan.
Syarat Pendaftaran Beasiswa
1. Lulus S1 tahun 2020 sampai dengan 2022 dari Perguruan Tinggi Negeri/Swasta yang terakreditasi dengan nilai A atau B
2. IPK S1 minimal 3,25 untuk PTN/PTS dengan akreditasi A, IPK S1 minimal 3,4 untuk PTN/PTS dengan akreditasi B
3. Melampirkan sertifikat TOEFL ITP/AcEPT UGM dengan skor minimal 400
4. Melampirkan sertifikat TPA Bappenas/PAPS UGM dengan skor minimal 450
6. Melampirkan surat keterangan sehat dari dokter (dokter puskesmas atau rumah sakit)
7. Melampirkan bukti pendaftaran bahwa calon telah terdaftar pada salah satu program studi/minat studi di Sekolah Pascasarjana UGM
8. Bersedia membantu tugas administrasi dari Sekolah Pascasarjana UGM selama menerima beasiswa.
9. Menyerahkan surat berisi alasan mengajukan permohonan beasiswa, pertimbangan lebih kuat jika disertai Surat Keterangan/Dokumen Pendukung kondisi Mahasiswa.
Selamat dan sukses kepada Wisudawan dan Wisudawati Program Studi Magister Bioetika Tahun Akademik 2021-2022
- Dony Septriana Rosad
- Muhammad Mursyid
- Rizka Putri Pratiwi
Semoga dapat selalu menjadi agen perubahan yang menginspirasi dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang beretika demi kemakmuran manusia dan keselarasan alam.
Kamis, (17/03) Program Studi Magister Bioetika bersama dengan Program Studi Magister Bioteknologi dan Program Studi Magister Teknik Biomedis menyelenggarakan acara Open House. Acara yang dilaksanakan secara virtual melalui Zoom Meeting tersebut dihadiri oleh Ketua Program Studi Magister Bioetika, Dr. Dra. Retna Siwi Padmawati, MA.
Dalam pemaparannya, Dr. Dra. Retna Siwi menjelaskan dengan lengkap mengenai Profil Program Studi Magister Bioetika. Selain itu, dijelaskan pula mengenai proses penerimaan Mahasiswa Baru dan Peluang Beasiswa.
Menyambut kehadiran mahasiswa baru Tahun Akademik 2021/2022 Genap, Program Studi Magister Bioetika, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan acara “Penyambutan Mahasiswa Baru Prodi Magister Bioetika” pada Jumat (11/02). Acara yang dilaksanakan secara virtual melalui Zoom Meeting tersebut dihadiri oleh pengurus prodi Magister Bioetika diantaranya adalah Dr. Dra. Retna Siwi Padmawati, MA selaku Ketua Program Studi Magister Bioetika UGM dan Prof. Dra. R.A. Yayi Suryo Prabandari, M.Si., Ph.D selaku Jaminan Mutu Program Studi Magister Bioetika.
Photo by Christina @ wocintechchat.com on Unsplash
Penulis :
Zahwa Arsy Azzahra
Pembimbing :
Prof. Dra. R. A. Yayi Suryo Prabandari, M.Si., Ph.D.
Abstrak
Sustainable Development Goals (SDGs) 2015 membuka fokus baru pada universal health coverage (UHC). Di Indonesia, konsep UHC sudah dicanangkan sejak tahun 2000 yang kemudian diselenggarakan oleh Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Pasal 9 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Nasional. Dalam menerapkan JKN, BPJS Kesehatan menggunakan sistem informasi berbasis cloud untuk fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), yaitu Primary Care (P-Care) yang memuat informasi medis lebih dari 222 juta jiwa. Menurut Health Insurance Portability and Accountability (HIPAA) data di dalam P-Care termasuk protected health information (PHI) yang dapat menimbulkan potensi pelanggaran etik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui isu etik dari aspek Deontologi terkait dengan penerapan P-Care pada FKTP di Kota Yogyakarta dengan metode mix method sequential exploratory. dipilih sudut pandang Deontologi karena prinsip Deontologi adalah nilai instrinsik personal tidak bisa dipisahkan dari isu etik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat isu etik pada penerapan P-Care pada FKTP di Kota Yogyakarta, yaitu privasi dan kerahasiaan, keamanan, dan informed consent dengan isu pentingnya adalah keterlibatan pihak ketiga dalam input data P-Care, P-Care yang bisa diakses di manapun, validasi personal yang kurang, juga diagnosis tercetak yang dapat terbaca oleh siapapun. Dengan faktor yang paling kuat memengaruhi adalah nilai intrinsik masing-masing agen terhadap pemahaman isu-isu etik tersebut.
Photo by Luis Melendez on Unsplash
Penulis :
Ouve Rahadiani P,
Pembimbing :
Prof. Dra. RA. Yayi Suryo Prabandari, M.Si, PhD
dr. R. Heru Prasanto., SP.PD-KGH
Abstract
Latar Belakang : Pasien dengan penyakit gagal ginjal kronis stadium akhir dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hemodialisis adalah terapi yang paling sering dilakukan. Hemodialisis yang dilakukan oleh pasien dapat mempertahankan kelangsungan hidup sekaligus akan mengubah pola dan kualitas hidup pasien. Mengingat beban dan dampak hidup ketika menjalani terapi hemodialisis ini sangat signifikan dan terbatas, maka hal yang sangat penting sebelum menjalani terapi ini adalah dilakukannya pengambilan keputusan bersama yang bisa bermanfaat untuk membantu pasien dan keluarga memahami diagnosis, prognosis, dan pilihan perawatan. Tujuan Penelitian : Mengetahui secara mendalam perspektif pasien gagal ginjal kronik stadium akhir tentang pengambilan keputusan bersama ketika memulai terapi hemodialisis. Metode penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan penelitian dipilih secara purposive sampling. Informan penelitian berjumlah total 15 orang yang terbagi menjadi 9 orang informan utama yaitu pasien dan 6 orang informan pendukung yaitu keluarga dan dokter. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam. Hasil : Dalam konteks pengambilan keputusan bersama, pasien dan keluarga dikejutkan oleh diagnosis penyakit, belum memahami dengan baik dampak yang akan mereka hadapi setelah menjalani terapi ini dan kurang persiapan untuk hidup dengan hemodialisis. Informasi yang pasien dan keluarga terima ini masih dirasakan belum cukup sehingga masih belum memahami dengan baik mengenai terapi hemodialisis dimana pemberian informasi yang lengkap ini merupakan landasan penghormatan terhadap otonomi pasien. Komunikasi dengan dokter sebelum menjalani terapi hemodialisis masih dirasa belum efektif. Kesimpulan : Pengambilan keputusan bersama dan komunikasi dokter dengan pasien masih belum efektif. Pasien dan keluarga dikejutkan oleh diagnosis penyakit, belum memahami dengan baik dampak yang akan mereka hadapi setelah menjalani terapi ini dan kurang persiapan untuk hidup dengan hemodialisis.
Penulis:
Imanuel Eko Anggun S
Pembimbing
Dr. Dra. Retna Siwi Padmawati, MA
Dr. Carolus Borromeus Kusmaryanto SCJ
Abstrak
Latar belakang: Dalam menghadapi penyakit terminal, pasien merasakan ketakutan dan kekhawatiran karena akhir hidup yang mendekat. Keluarga yang merawat pasien pun mengalami stres, baik disebabkan oleh beban finansial maupun sosial. Berhadapan dengan situasi kecilnya kemungkinan untuk sembuh dalam kondisi penyakit terminal, pastoral care dapat memberikan sumbangan pelayanannya. Spiritualitas yang merupakan salah satu ranah pelayanan pastoral care, menjadi unsur penting menurut World Health Organization (WHO) dalam menjaga kualitas hidup pasien. Tujuan: Penelitian ini bertujuan menggali pengalaman pasien penyakit terminal dan keluarganya dalam menerima pelayanan pastoral care. Metode: Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan rancangan fenomenologi deskriptif. Aspek fenomenologis dilihat dari pengalaman pasien dan keluarganya dalam menerima pelayanan pastoral care. Subyek penelitian ini adalah para keluarga pasien terminal serta pasien itu sendiri. Pemilihan lokasi menggunakan metode purposif serta pengambilan sampel menerapkan syarat inklusi dan eksklusi. Hasil: Pasien dan keluarga pasien mendapat layanan pastoral care dalam 2 bentuk, yakni pelayanan rohani dan pelayanan pendampingan. Pelayanan diberikan dengan baik dan bagus. Beberapa keluarga dan pasien merasa puas dan terpenuhi kebutuhannya. Beberapa merasa pelayanan diberikan dengan tidak peka dan tidak sensitif. Pelayanan pastoral care yang paling sering disebut oleh para partisipan adalah pelayanan doa. Selain doa, mereka menerima kunjungan, pemberian nasehat, kehadiran, sapaan, senyuman, penggunaan bahasa yang lembut, pendampingan, serta pemanggilan pemuka agama. Manfaat pelayanan pastoral care menurut pasien dan keluarganya adalah memberikan bantuan serta kekuatan dalam menghadapi penyakit, membuat pasien mampu menerima keadaan dan mengadakan rekonsiliasi. Ada keluarga yang berpendapat pelayanan diperuntukkan bagi pasien saja, serta yang lain berpendapat bahwa pastoral care tidak perlu dilakukan oleh pihak rumah sakit. Kesimpulan: Dalam memberikan layanan pastoral care, pihak rumah sakit hendaknya menganalisis kebutuhan akan pendampingan rohani pemuka agama, efektivitas pelayanan pendampingan, kebutuhan keluarga pasien, pelayanan pastoral care tenaga kesehatan, serta menawarkan layanan sejak awal kepada pasien dan keluarga.
Penulis:
Puri Swastika Gusti Krisna Dewi
Pembimbing:
Dr. Retna Siwi Padmawati, M.A.
Dr. C.B. Kusmaryanto SCJ
Abstract
Latar belakang: Kematian adalah proses alami dalam kehidupan yang pasti terjadi pada semua manusia. Persepsi akan kematian dan pemahaman akan “kematian yang baik” berbeda di setiap negara, agama dan budaya. Persepsi dan pemahaman tersebut terus berubah mengikuti perubahan zaman. Persamaan pemahaman antara semua pihak terkait dalam proses kematian pasien terminal, sangat penting untuk memberikan bantuan dan dukungan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut, sehingga kematian yang baik dapat dialami oleh pasien terminal. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami Persepsi “kematian yang baik” dari pengalaman keluarga pasien terminal yang berfungsi sebagai pendamping dan berbicara untuk pasien terminal ketika kondisi pasien semakin menurun. Adalah hal yang vital untuk Metode: Penelitian ini mengunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian payung yang dilaksanakan di sebuah rumah sakit katolik di Jawa, Indonesia. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara terbuka. Data dianalisa mengunakan teknis analisis isi. Partisipan utama dari penelitian ini adalah keluarga pasien terminal, sedang partisipan pendukung adalah dokter, perawat, staf pastoral sosial medik (pasosmed), pemuka agama dan manajemen rumah sakit. Hasil: Penelitian ini mengungkapkan konsep “kematian yang baik” bagi partisipan di Jawa yang dipengaruhi oleh agama, kepercayaan dan mitos setempat. Partisipan mempercayai bahwa segala hal yang berhubungan dengan kematian adalah hak Tuhan untuk menentukan, tetapi sebuah kematian dapat dipersiapkan agar dapat menjadi kematian yang baik. Faktor yang berkontribusi dalam sebuah kematian menjadi kematian yang baik adalah faktor rohani, faktor mental, faktor sosial dan faktor ekonomi, dengan demikian persiapan untuk mencapai kematian yang baik dilakukan dari faktor-faktor tersebut. Penelitian ini juga menemukan bahwa kriteria dari sebuah kematian yang baik juga bergantung kepada perilaku orang yang meninggal tersebut selama masa hidupnya. Kesimpulan: Sebuah “kematian yang baik” adalah kematian yang telah dipersiapkan. Semakin banyak waktu yang tersisa semakin banyak persiapan yang bisa dilakukan dan persiapan akhir hidup bisa dilakukan semua orang selagi masih sehat. Kata Kunci: kematian yang baik, perawatan akhir hidup, persiapan kematian, fenomenologi, pasien terminal