Yogyakarta (01/03) – Program Studi Magister Bioetika Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) berkerjasama dengan Center for Bioethics and Medical Humanities Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM menggelar sebuah kuliah tamu bertajuk “Genetic Disease and Suspected Child Abuse” pada Jumat (01/03). Acara yang diselenggarakan secara luring dan daring tersebut mengundang pembicara Prof. Gerard Pals, seorang ahli genetika dari Amsterdam University Belanda. Prof. Gerard Pals memberikan perspektif mendalam mengenai dampak penyakit genetik dan peran bioetika dalam mengatasi isu-isu kontroversial terkait genetika dan perlindungan anak. Menurutnya
Archive
Image by Steve Buissinne from Pixabay
Penulis:
ANINDITA KASYAFI
Pembimbing:
Prof. Dr. apt. Sismindari, SU.
Prof. Dra. RA. Yayi Suryo P., M.Sc., Ph.D.
Abstract:
Pemahaman etika profesi kefarmasian sangatlah diperlukan dalam praktik apoteker. Namun, diskusi etika pada bidang industri sediaan farmasi masih terbatas. Salah satu aspek penting dan mendasar bagi industri sediaan farmasi menjalankan siklus produksinya adalah pemastian mutu. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui persepsi apoteker pemastian mutu pada industri sediaan farmasi di Yogyakarta tentang praktik apoteker yang profesional dan etis. Termasuk di dalamnya, pengaruh faktor-faktor yang dipandang berhubungan serta masalah terkait pelaksanaan praktik apoteker yang profesional dan etis. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Dilakukan purposive sampling terhadap populasi apoteker pemastian mutu pada industri sediaan farmasi di Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara semi-struktur dengan 12 apoteker pemastian mutu dilengkapi empat apoteker bagian lain sebagai salah satu upaya mendapatkan keabsahan data. Analisis data disajikan dalam deskripsi ekstensif yang dilengkapi sudut pandang landasan teoretis berdasarkan tema-tema yang muncul. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa apoteker pemastian mutu memandang praktik yang profesional dan etis dilakukan melalui pemenuhan aspek compliance, mengutamakan kepentingan pasien, komitmen dan kredibilitas, kompetensi, dan operational and service excellence. Faktor manajemen perusahaan, rekan kerja, religiositas, sanksi, serta pendidikan dan pelatihan, dipandang sebagai faktor yang memberi pengaruh dalam pelaksanaan praktik yang profesional dan etis pada bidang industri. Apoteker pemastian mutu mengenali beberapa masalah yang terkait dirinya sendiri, yang terkait pihak-pihak di dalam industri sediaan farmasi, yang terkait keterlibatan non-apoteker atau pihak lain di luar industri sediaan farmasi, dan regulator dalam pelakasanaan praktik di bidang industri. Dengan demikian, pelaksanaan praktik apoteker pemastian mutu yang profesional dan etis melibatkan peranan semua pihak yang terlibat dalam setiap tahapan produksi sediaan farmasi
Image by Maria from Pixabay
Penulis:
EFFIANA
Pembimbing:
Dr. dr. Mubasysyir Hasan Basri, M.A.
Prof. dr. Sofia Mubarika Haryana, M.Med.Sc, Phd.
Abstract:
Latar belakang: Dari tahun ke tahun, jumlah masyarakat Indonesia yang melakukan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan di luar negeri, seperti di Malaysia, Singapura dan Thailand, menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan. Kota Kuching, Negara Bagian Sarawak Malaysia, merupakan destinasi wisata/perjalanan medis utama bagi masyarakat Kalimantan Barat, khususnya Kota Pontianak, yang secara geografis, berbatasan langsung di darat dengan negeri jiran tersebut. Proses pengambilan keputusan untuk berobat ke luar negeri merupakan hal yang kompleks. Dalam proses tersebut, seorang pasien dapat berada pada posisi not adequately informed (kurang informasi) terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan pilihan-pilihannya tersebut, yang dalam pandangan etika/moral, dapat mempengaruhi otonomi pasien dalam mengambil keputusan, karena keadaan ini dapat memposisikan pasien pada kondisi vulnerable/rentan, sehingga keputusan yang diambil dapat menjadi bias, bukan informed decision (keputusan yang diambil setelah paham dengan plus minus serta konsekuensi dari pilihan yang diambil). Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek/pertimbangan etik dalam proses pengambilan keputusan berobat ke luar negeri dalam hal ini ke rumah sakit di Kota Kuching, Sarawak Malaysia yang dilakukan oleh masyarakat di Kota Pontianak. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif eksploratif yang didasarkan pada data primer berupa dokumen hasil wawancara mendalam. Pemilihan subyek penelitian dilakukan secara purposive dengan Snowball Sampling. Subyek penelitian adalah pasien dan keluarga dewasa, kompeten, yang pernah melakukan atau mendampingi pasien melakukan pemeriksaan dan atau pengobatan di RS di kota Kuching, Malaysia. Hasil Penelitian: Perhatian dan kepekaan responden terhadap dampak dan aspek etik pada aktivitas berobat ke luar negeri masih kurang, sehingga keputusan yang dibuat belum merupakan informed decision.
Kamis (25/05) Program Studi Magister Bioetika Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Kuliah Tamu bertemakan Analog to Genetic Engineering: How Artificial Intelligence Threatens the Political Capacity of Human Intelligence. Pada kesempatan tersebut Prodi Magister Bioetika mengundang Prof Benjamin Gregg yang merupakan dosen dan bioetikawan dari University of Texas at Austin sebagai pembicara. Sementara itu forum dimoderatori oleh Dr. C.B. Kusmaryanto, SCJ.
Kegiatan yang diselenggarakan secara hybrid tersebut dihadiri oleh mahasiswa Prodi Bioetika, alumni, dosen pengajar dan mahasiswa Sekolah Pascasarjana. Dalam acara tersebut juga hadir Dr. Dra. Retna Siwi Padmawati, M.A. selaku Ketua Program Studi Magister Bioetika. Selain itu acara tersebut juga dihadiri oleh Dr. dr. Soenarto Sastrowijoto, SpTHT(K), Prof. dr. Yati S. Soenarto, Sp.A(K) Ph.D, Prof. dr. Sofia Mubarika Harjana, M.Med.Sc., Ph.D, dan Prof. Sismindari, Apt., SU., PhD.
Photo by Ashkan Forouzani on Unsplash
Penulis
ALBERT ADIPUTRA
Pembimbing
Dr. Drs. Sindung Tjahyadi, M. Hum.
Dr. Dra. Retna Siwi Padmawati, M.A.
Abstrak
Paham humanisme sekuler berpendapat bahwa usaha pencarian manusia atas kebenaran moral tidak bergantung pada agama atau otoritas supernatural. Keberadaan minoritas humanis sekuler dianggap tidak wajar dalam diskursus ruang publik, sehingga tertinggal dalam perumusan kebijakan sehubungan dengan bioetika di Indonesia. Penelitian bertujuan menggali pandangan dokter humanis sekuler terhadap masalah-masalah bioetika serta posisi, persepsi, dan pengetahuan dokter humanis sekuler terhadap fungsi, manfaat, dan perkembangan bioetika di Indonesia. Metode penelitian adalah kualitatif menggunakan pendekatan realisme kritis non-ideal. Populasi penelitian adalah dokter dengan perspektif humanis sekuler, dan sampel dipilih secara purposive snowball. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara terhadap 11 dokter humanis sekuler. Analisis disajikan dalam bentuk eksposisi naratif dan korelasi dengan hasil kajian literatur. Dokter humanis sekuler memiliki posisi dan sikap berbeda-beda terhadap masalah-masalah bioetika, didasari oleh klaim-klaim yang tidak seragam dalam spektrum sekulerisme. Tidak ditemukan konsensus mengenai sikap dan posisi responden terhadap aborsi elektif dan eutanasia aktif volunter. Namun ditemukan pola pandangan yang cukup konsisten pada responden terhadap teknologi yang mendukung gerakan transhumanisme. Dokter humanis sekuler tidak bersifat monolitik seperti yang digambarkan oleh narasi publik. Harapan terwujudnya sekulerisme kedokteran pada masa depan merupakan respons dokter humanis sekuler atas masalah-masalah pendidikan dan profesi kedokteran yang tidak sekuler pada masa kini.
Penulis
FAJAR NURCAHYO
Pembimbing
Prof. Dra. RA. Yayi Suryo Prabandari, M.Si., Ph.D
Dr. CB. Kusmaryanto, SCJ
Abstrak
Pendahuluan: Respect for person merupakan konsep dalam bioetika yang ditujukan untuk melindungi keseluruhan subjek yang terlibat dalam penerapannya. Adapun isi dari RP memuat kaidah-kaidah untuk menghargai dan menghormati hak seluruh subjek yang terlibat serta kewajiban melindungi subjek yang dianggap rentan di dalamnya. Tujuan penelitian ini untuk membahas tentang bagaimana pengobatan terapi bekam memberikan perlindungan terhadap keseluruhan subjek (pasien dan terapis) yang terlibat di dalamnya. Metode: Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi. Jumlah partisipan sebanyak 9 orang yang terdiri dari partisipan terapis dan partisipan pasien terapi bekam. Proses pengambilan data dilakukan melalui wawancara mendalam menggunakan purposive sampling. Analisis data diolah menggunakan proses koding yang diinterpretasikan dan disajikan secara deskriptif. Hasil: Respect for person diterapkan dalam terapi bekam. Adapun terapis menerapkan kebebasan bersyarat untuk memilih dan memutuskan pada pasien bekam. Kebebasan berysarat tersebut diwujudkan melalui upaya pemastian pada pasien dan berlaku kontinyu. Kelompok-kelompok rentan dalam terapi bekam diberikan jaminan perlindungan dalam menjalani terapi bekam yang tidak diskriminatif dan tidak membebani pasiennya. Kesimpulan: Penerapan respect for person sangat bergantung pada berbagai faktor yang menyerta pada diri terapis dan memiliki peran langsung terhadap kedalaman pemaknaan atas penerapannya dari upaya menghargai pilihan dan memberikan perlindungan kepada pasien.
Photo by Martha Dominguez de Gouveia on Unsplash
Penulis
RIZKA PUTRI PRATIWI
Pembimbing
Dr. dr. Siswanto Sastrowijoto, Sp.THT-KL., M.H
Dr.CB Kusmaryanto, SCJ
Abstrak
Latar Belakang: Perubahan sosial dan perubahan konsep pelayanan kesehatan menjadikan pasien sebagai fokus utama dalam pelayanan. Bentuk ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang disampaikan melalui komplain merupakan hal penting dalam menentukan kualitas pelayanan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi komplain yang terjadi serta mengetahui dan mengevaluasi penerapan nilai altruism dan responsibilitas dalam menangani komplain di rumah sakit. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada 19 responden. Responden utama adalah 15 dokter yang telah bekerja dalam praktik klinis minimal 1 tahun di rumah sakit dan responden pendukung adalah pasien. Penelitian ini juga mengumpulkan data sekunder dari dokumen SOP. Analisis data menggunakan analisis isi. Hasil: Wawancara dengan 19 responden menghasilkan dua tema yaitu komplain pasien dan proses penanganan komplain pasin. Komplain pasien memiliki empat subtema yaitu jenis komplain, terbagi dalam tiga domain yaitu domain klinis, domain manajeman dan domain hubungan; cara penyampaian komplain, melalui lisan disampaikan secara langsung ke petugas rumah sakit dan tertulis melalui media penyampaian komplain yang tersedia di rumah sakit; alur penanganan komplain, sesuai standar prosedur operasional penanganan komplain dengan gambaran skema alur yang bertingkat dari unit pelayanan yang menerima komplain hingga penyelesaian oleh direktur; dan persepsi dokter terhadap komplain, sebagai bagian penting dalam pelayanan untuk menilai kepuasan pasien dan mutu pelayanan yang diberikan. Proses penanganan komplain, meliputi menerima dan identifikasi komplain, pencarian solusi dan penyampaian solusi, feedback pasien, dokumentasi dan evaluasi. Nilai altruism dan responsibilitas telah diterapkan selama proses penanganan komplain, namun dalam penerapan nilai responsibilitas masih menemui beberapa kendala. Kesimpulan: Secara umum penanganan komplain pasien di rumah sakit telah dilaksanakan dengan baik terbukti dengan tidak adanya komplain yang berlanjut ke pihak ketiga, namun belum dilaksanakan secara optimal dengan masih ditemuinya beberapa kendala dan kekurangan dalam melaksanakan proses penanganan komplain tersebut yang membutuhkan perbaikan dan peningkatan.
Penulis
I. EDWARD KURNIA S L,
Pembimbing
Dr. Dra. Retna Siwi Padmawati, MA
Dr. CB Kusmaryanto, SCJ
Abstrak
Latar Belakang: Bioetika merupakan aspek penting dalam teori dan praktik ilmu biomedik. Bioetika berperan dalam penentuan regulasi klinik dan praktik penelitian. Resistensi antimikroba merupakan ancaman kesehatan global. Saat ini PPRA (Program Pengendalian Resistensi Antimikroba) telah terlaksana di rumah sakit. Belum ada data yang menunjukkan penggunaan Prinsip Bioetika dalam pelaksanaan PPRA. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Prinsip Bioetika yang digunakan dalam pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit. Metode: Penelitian ini menggunakan metode scoping review dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan dalam lima tahap: identifikasi pertanyaan penelitian, identifikasi penelitian relevan, pemilihan literatur, pemetaan data, dan penyajian hasil secara naratif. Penelitian ini menjaring semua penelitian mengenai implementasi pengendalian resistensi antimikroba berbasis bioetika pada database Google Scholar, PubMed, Ebsco, Embase, Sciencdirect dan Proquest. Hasil: Total diperoleh 984 artikel dari enam database. Setelah proses eliminasi dengan landasan tujuan penelitian, artikel yang dianalisis dalam penelitian ini sebanyak 27 artikel. Penggunaan prinsip deontologi dengan memenuhi kewajiban pada kebijakan yang berlaku telah dilaksanakan beberapa rumah sakit dan tenaga kesehatan, meskipun pada pelaksanaanya tidak sesuai dengan standar yang ada. Prinsip utilitarian dan virtue digunakan sedikit tenaga kesehatan. Kesimpulan: Prinsip Bioetika yang dipakai paling banyak dalam pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit beberapa negara adalah deontologi. Perlu disusun kebijakan pendukung PPRA yang resmi oleh pemerintah agar rumah sakit dapat menggunakannya sebagai pedoman dalam implementasi PPRA. Penggunaan prinsip bioetika deontologi, utilitarian dan virtue secara bersama merupakan bentuk paling ideal dalam pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit.
Penulis:
PARAMITA SARI
Pembimbing:
Dr. Dra. Retna Siwi Padmawati ; Prof. dr. Sri Suparyati Soenarto, Sp. A (K)., Ph.D
Abstrak
SARS-CoV-2 (severe acute respiratory syndrome coronavirus 2) memberikan tantangan dan kefatalan secara global pada sistem kesehatan masyarakat. Kekurangan dan keterbatasan alat pelindung diri (APD) yang secara global terjadi pada tenaga medis khususnya garda depan menjadi dilema etika untuk tetap melayani pasien atau menyelamatkan diri terlebih dahulu. Tujuan penelitian untuk mengetahui sikap dan respons tenaga medis garda depan IGD RS Islam Jemursari Surabaya terhadap keterbatasan persediaan alat pelindung diri pada pelayanan kesehatan selama pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus pada Juli-Agustus 2021 dengan jumlah responden 20 orang yang dipilih secara purposive sampling. Pengambilan data menggunakan wawancara mendalam kepada tenaga kesehatan garda depan yaitu dokter umum, perawat IGD, perawat ruang isolasi dan management menggunakan analisis tematik.sikap dan respon tenaga medis garda depan terhadap keterbatasan alat pelindung diri selama pandemi COVID-19 adalah tetap melakukan pelayanan walaupun harus terpaksa menggunakan jas hujan saat awal pandemi dan saat kekurangan APD. Ditinjau dari aspek etika hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya karakteristik individu partisipan, persepsi emosional yang dirasakan atau rasa kasihan kepada pasien, tindakan atau perbuatan yang dilakukan dan komitmen kemanusiaan & profesi untuk tetap menjalankan pelayanan di garda depan COVID-19. Tenaga kesehatan tetap memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien walaupun dalam kondisi kekurangan dan keterbatasan APD. Oleh karena itu, tenaga kesehatan khususnya garda depan COVID-19 di semua tempat tetap harus mendapatkan hak perlindungan yang baik dan dukungan moral yang kuat agar mereka tetap mampu melakukan pelayanan selama pandemi COVID-19.
Image by StockSnap from Pixabay
Penulis: RIZKA PUTRI PRATIWI
Pembimbing: Dr. dr. Siswanto Sastrowijoto, Sp.THT-KL., M.H; Dr.CB Kusmaryanto, SCJ
Latar Belakang: Perubahan sosial dan perubahan konsep pelayanan kesehatan menjadikan pasien sebagai fokus utama dalam pelayanan. Bentuk ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang disampaikan melalui komplain merupakan hal penting dalam menentukan kualitas pelayanan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi komplain yang terjadi serta mengetahui dan mengevaluasi penerapan nilai altruism dan responsibilitas dalam menangani komplain di rumah sakit. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada 19 responden. Responden utama adalah 15 dokter yang telah bekerja dalam praktik klinis minimal 1 tahun di rumah sakit dan responden pendukung adalah pasien. Penelitian ini juga mengumpulkan data sekunder dari dokumen SOP. Analisis data menggunakan analisis isi. Hasil: Wawancara dengan 19 responden menghasilkan dua tema yaitu komplain pasien dan proses penanganan komplain pasin. Komplain pasien memiliki empat subtema yaitu jenis komplain, terbagi dalam tiga domain yaitu domain klinis, domain manajeman dan domain hubungan; cara penyampaian komplain, melalui lisan disampaikan secara langsung ke petugas rumah sakit dan tertulis melalui media penyampaian komplain yang tersedia di rumah sakit; alur penanganan komplain, sesuai standar prosedur operasional penanganan komplain dengan gambaran skema alur yang bertingkat dari unit pelayanan yang menerima komplain hingga penyelesaian oleh direktur; dan persepsi dokter terhadap komplain, sebagai bagian penting dalam pelayanan untuk menilai kepuasan pasien dan mutu pelayanan yang diberikan. Proses penanganan komplain, meliputi menerima dan identifikasi komplain, pencarian solusi dan penyampaian solusi, feedback pasien, dokumentasi dan evaluasi. Nilai altruism dan responsibilitas telah diterapkan selama proses penanganan komplain, namun dalam penerapan nilai responsibilitas masih menemui beberapa kendala. Kesimpulan: Secara umum penanganan komplain pasien di rumah sakit telah dilaksanakan dengan baik terbukti dengan tidak adanya komplain yang berlanjut ke pihak ketiga, namun belum dilaksanakan secara optimal dengan masih ditemuinya beberapa kendala dan kekurangan dalam melaksanakan proses penanganan komplain tersebut yang membutuhkan perbaikan dan peningkatan.