
Yogyakarta, 14 Februari 2025 – Program Studi Bioetika Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) telah menyelenggarakan Pertemuan Stakeholder dan Pengguna Lulusan yang dirangkaikan dengan Seminar “Moral Distress pada Dokter dan Tenaga Kesehatan” pada Jumat, 14 Februari 2025, pukul 08.00 WIB . Acara ini mempertemukan berbagai pemangku kepentingan, akademisi, serta praktisi kesehatan untuk mendiskusikan tantangan etika yang dihadapi tenaga medis dalam praktik sehari-hari.
Acara diawali dengan pembukaan dan gambaran umum agenda yang disampaikan oleh Dr. Dra. Retna Siwi Padmawati, M.A. Beliau menegaskan tiga tujuan utama dari pertemuan ini, yaitu memperkenalkan Program Studi Magister Bioetika, menghimpun masukan dari stakeholder dan pengguna eksternal, serta mendiskusikan isu moral distress dalam dunia medis.
Selanjutnya, Prof. Dra. Yayi Suryo Prabandari, M.Si., Ph.D. memaparkan ruang lingkup studi Bioetika, termasuk bagaimana program Pascasarjana Bioetika berperan dalam menavigasi berbagai tantangan etika di sektor kesehatan. Dalam sesi ini, beliau juga memaparkan kurikulum dan capaian program studi dalam menghasilkan lulusan yang mampu menghadapi dilema etika di dunia medis.

Diskusi utama mengenai “Menavigasi Moral Distress yang Dialami Tenaga Kesehatan: Tantangan dan Dilema Etika” disampaikan oleh dr. Nur Azid Mahardinata, M.Bio.Et., dan drg. Agnes Bhakti Pratiwi, MPH, Ph.D. Keduanya menjelaskan konsep moral distress, faktor penyebabnya, serta bagaimana dilema etika ini dapat memengaruhi kesejahteraan tenaga kesehatan. Sesi ini juga menampilkan studi kasus dan temuan penelitian yang menggambarkan bagaimana keterbatasan sumber daya dan kebijakan institusional sering kali menjadi hambatan dalam pengambilan keputusan medis.
Setelah pemaparan, diskusi interaktif dilakukan untuk mengeksplorasi pengalaman tenaga medis dalam menghadapi dilema etik. dr. Lucia Pudyastuti Retnaningtyas, Sp.A, M.Bio.Et., alumnus Prodi Magister Bioetika, berbagi pengalaman terkait tantangan etik yang dihadapinya. Dalam sesi ini, dibahas pula pengetahuan, keterampilan, dan pelatihan yang dibutuhkan tenaga medis, serta fasilitasi yang diperlukan dari bidang bioetika untuk membantu mereka menghadapi tekanan moral dalam praktik sehari-hari.
Diskusi dalam seminar ini sangat erat kaitannya dengan SDG 3: Good Health and Well-being dan SDG 16: Peace, Justice, and Strong Institutions. SDG 3 menekankan pentingnya kesejahteraan tenaga kesehatan dan pengambilan keputusan medis yang etis, sementara SDG 16 menyoroti peran bioetika dalam membangun sistem kesehatan yang lebih adil dan transparan.
Acara ditutup dengan kesimpulan dan penutupan. Dalam sesi akhir, dibahas pengembangan lebih lanjut dari Program Bioetika, termasuk usulan pembukaan program doktoral (S3) di bidang bioetika. drg. Tiwi dan dr. Azid menegaskan bahwa bioetika akan terus berkembang seiring dengan perubahan tantangan dalam dunia medis, serta berharap diskusi ini menjadi langkah awal untuk menjadikannya bagian tak terpisahkan dari sistem kesehatan di Indonesia.
Antusiasme tinggi dari peserta menunjukkan bahwa bioetika bukan sekadar disiplin akademik, tetapi juga kunci dalam membangun sistem kesehatan yang lebih adil dan berorientasi pada kesejahteraan manusia.
Reporter: Alvira Rahmasari, S.H.G.
Editor: Rafi Khairuna Wibisono, S.Kom.