Penulis:
Imanuel Eko Anggun S
Pembimbing
Dr. Dra. Retna Siwi Padmawati, MA
Dr. Carolus Borromeus Kusmaryanto SCJ
Abstrak
Latar belakang: Dalam menghadapi penyakit terminal, pasien merasakan ketakutan dan kekhawatiran karena akhir hidup yang mendekat. Keluarga yang merawat pasien pun mengalami stres, baik disebabkan oleh beban finansial maupun sosial. Berhadapan dengan situasi kecilnya kemungkinan untuk sembuh dalam kondisi penyakit terminal, pastoral care dapat memberikan sumbangan pelayanannya. Spiritualitas yang merupakan salah satu ranah pelayanan pastoral care, menjadi unsur penting menurut World Health Organization (WHO) dalam menjaga kualitas hidup pasien. Tujuan: Penelitian ini bertujuan menggali pengalaman pasien penyakit terminal dan keluarganya dalam menerima pelayanan pastoral care. Metode: Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan rancangan fenomenologi deskriptif. Aspek fenomenologis dilihat dari pengalaman pasien dan keluarganya dalam menerima pelayanan pastoral care. Subyek penelitian ini adalah para keluarga pasien terminal serta pasien itu sendiri. Pemilihan lokasi menggunakan metode purposif serta pengambilan sampel menerapkan syarat inklusi dan eksklusi. Hasil: Pasien dan keluarga pasien mendapat layanan pastoral care dalam 2 bentuk, yakni pelayanan rohani dan pelayanan pendampingan. Pelayanan diberikan dengan baik dan bagus. Beberapa keluarga dan pasien merasa puas dan terpenuhi kebutuhannya. Beberapa merasa pelayanan diberikan dengan tidak peka dan tidak sensitif. Pelayanan pastoral care yang paling sering disebut oleh para partisipan adalah pelayanan doa. Selain doa, mereka menerima kunjungan, pemberian nasehat, kehadiran, sapaan, senyuman, penggunaan bahasa yang lembut, pendampingan, serta pemanggilan pemuka agama. Manfaat pelayanan pastoral care menurut pasien dan keluarganya adalah memberikan bantuan serta kekuatan dalam menghadapi penyakit, membuat pasien mampu menerima keadaan dan mengadakan rekonsiliasi. Ada keluarga yang berpendapat pelayanan diperuntukkan bagi pasien saja, serta yang lain berpendapat bahwa pastoral care tidak perlu dilakukan oleh pihak rumah sakit. Kesimpulan: Dalam memberikan layanan pastoral care, pihak rumah sakit hendaknya menganalisis kebutuhan akan pendampingan rohani pemuka agama, efektivitas pelayanan pendampingan, kebutuhan keluarga pasien, pelayanan pastoral care tenaga kesehatan, serta menawarkan layanan sejak awal kepada pasien dan keluarga.
Link ETD: http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/189194